Kalo kita suka baca novel, kita pasti
punya keinginan novel favorit kita dikemas dalam bentuk visual. Sayangnya, gak
semua film adaptasi sukses bikin pembaca suka dengan hasilnya. Sebagai seorang
penggemar novel dan juga film, aku lebih suka membaca novel nya lalu menonton
film nya. Kita tau, banyak sekali film yang diambil dari adaptasi sebuah novel.
Hal ini menimbulkan banyak nya komentar bahwa “film tidak sebagus novelnya”.
Aku pun sempat merasakan hal seperti itu. Menjudge sebuah film adaptasi novel
karena tidak sesuai dengan apa yang aku bayangkan. Tapi kemudian, aku menyadari
bahwa film dan novel itu adalah dua hal yang berbeda. Film adalah sesuatu yang
kita nikmati secara visual, sedangkan novel kita nikmati dalam bentuk tekstual.
Kita sering merasa bahwa film adaptasi novel bisa merusak imajinasi kita saat
membaca novel. Tapi apakah hal itu jadi membuat kita mencaci maki film nya? Aku
rasa itu gak fair.
Pada dasarnya film yang diadaptasi dari
novel akan membuat banyak perubahan. Seperti penambahan dan pengurangan alur
cerita, atau hilangnya adegan demi adegan. Tapi menurutku itu tidak terlalu
masalah, asalkan inti dan pesan dari cerita itu tersampaikan. Kita punya
imajinasi tersendiri saat membaca sebuah novel, begitu juga dengan sutradara
yang akan menggarap film adaptasi, mungkin karena perbedaan imajinasi antara
pembaca dan sutrada yang kerap kali membuat pembaca agak kecewa dengan hasil
nya, ya karena itu tadi, adanya interpretasi yang berbeda.
Aku sering mendengar; “ko begini?”, “aktor
nya kok dia”, “beda banget cerita nya”, “adegan favorit gaada dong di film”. Well, kalo semua adegan di novel ada di
film, mungkin durasi yang dibutuhkan bisa seharian penuh, hehe. Berpendapat sih
boleh, tapi aku suka merasa kasihan pada semua orang yang telah bekerja keras
untuk membuat suatu karya. so guys,
seperti kata qoutes, “never judge a book
by its movie”.
Just sharing, thanks 😀
Comments
Post a Comment